BLOGGER TEMPLATES Funny Pictures

Jumat, 06 Januari 2012

Teori Kepemimpinan

Salah satu teori kepemimpinan adalah “Trait Theory” yang mengidentifikasi karakteristik yang menentukan kepemimpinan yang baik. Karakteristik tersebut bisa mencakup kepribadian, dominasi dan kehadiran pribadi, karisma, kepercayaan diri, pencapaian atau prestasi, atau bisa juga kemampuan untuk memformulasikan visi dengan jelas. Salah satu diskusi yang menarik dari teori ini adalah apakah karakteristik seorang pemimpin tersebut bias gender, misalnya apakah pemimpin itu harus pria, atau sebaliknya, apakah wanita bisa menjadi pemimpin. Pertanyaan lainnya, apakah karakteristik tersebut menjamin bahwa seseorang akan menjadi pemimpin yang baik, apakah seorang pemimpin itu sebatas membuat perubahan saja, serta apakah pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan.

Teori yang kedua adalah “Behavioural Theory“ yang secara tersirat menyatakan bahwa seorang pemimpin itu bisa dilatih, yaitu dengan memusatkan pada cara melakukan sesuatu, misalnya tugas, pekerjaan, dan berbagai aktivitas lainnya. Dengan penguasaan cara tersebut maka seseorang bisa mempunyai kemampuan lebih dari orang lain. Akhirnya, orang lain pun bisa mengikuti apa yang anda lakukan. Akhirnya orang yang mempunyai penguasaan tersebut menjadi seorang pemimpin. Fokus itu sendiri terdiri dari dua, yaitu pemimpin fokus terhadap kelembagaan dari pekerjaan secara terstuktur, atau membangun hubungan (relationship) yang berfokus pada proses. Jadi bisa saja ada pemimpin yang lebih mementingkan pekerjaan (walaupun mungkin relasi dengan bawahannya buruk), namun ada juga pemimpin yang lebih menitikberatkan pada relasi yang baik dengan bawahannya dibanding hasil akhir atau tujuan organisasi. Pertanyaan yang manarik adalah, adakah pemimpin yang dapat meraih keduanya, yakni pekerjaan sukses dibarengi dengan relasi yang harmonis dengan bawahan.

Terori yang ketiga adalah “Contingency Theory”. Menurut teori ini, kepemimpinan bersifat luwes atau fleksibel. Gaya kepemimpinan yang berbeda bisa diterapkan pada waktu yang berbeda tergantung lingkungannya. Dengan demikian, kepemimpinan bukanlah sekumpulan karakteristik yang dapat dialihkan begitu saja dalam konteks yang berbeda. Intinya, seseorang mungkin bisa menjadi otoriter pada lingkungan tertentu, namun berubah menjadi pemimpin yang demokratis pada lingkungan yang lain. Sebagai contoh kasus, apakah seorang bapak rumah tangga akan mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara di rumah atau di lingkungan rumahnya dibandingkan ketika menjadi seorang manajer di sebuah perusahaan. Jadi gaya kepemimpinan tersebut bisa berubah tergantung tipe bawahan, sejarah organisasi atau bisnisnya, budaya perusahaan, kualitas hubungan, wujud perubahan yang diinginkan, serta norma-norma yang dianut di perusahaan.

Itulah tiga teori yang sering dikutip ketika mempelajari kepemimpinan. Ada teori-teori lainnya seperti “Transformational Theory“ yang lebih melihat pengaruh besar seorang pemimpin terhadap organisasi dalam konteks rencana strategis yang dimensi waktunya relatif panjang. Ada juga “Invitational Leadership Theory“ yang lebih menekankan peran pemimpin dalam menciptakan atmosifir atau kondisi perusahaan yang kondusif. Hal-hal kurang produktif atau kesalahan berusaha diidentifikasi dan dihilangkan sehingga bisa tercipta proses internal yang baik, serta membangun komunikasi dengan pihak eksternal. Teori terakhir adalah ‘Transactional Theory“ yang lebih melihat bagaimana seorang pemimpin sangat fokus ke organisasi, termasuk dengan mematuhi semua prosedur, pedoman, dan kontrak yang berlaku dan mengikat dirinya atau perusahaannya.

Gaya kepemimpinan itu sendiri bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya resiko atas pengambilan keputusan. Contohnya, gaya kepemimpinan formal dalam organisasi bisnis bisa saja berbeda dengan gaya kepemimpinan informal di lingkungan masyarakat. Atau contoh lain, gaya kepemimpinan seorang Supervisor bisa saja berbeda dengan Managing Diretor yang resiko keputusannya lebih tinggi karena menyangkut nasib atau masa depan perusahaan. Faktor-faktor lainnya adalah jenis bisnis, seberapa penting memandang perubahan, budaya perusahaan atau organisasi, serta karakteristik tugas. Mungkin kita pun tertarik dengan gaya kepemimpinan di perguruan tinggi kedinasan (IPDN, dll), PTN, atau PTS, dibandingkan dengan organisasi bisnis atau partai politik. Gaya pemimpin bisnis outsourcing mungkin berbeda pula dengan pemimpin bisnis franchasing.

0 komentar: